Pagi yang di temani embun dan udara yang dingin
menyambut pagi-ku di kota batik ini. Alam serasa memberiku kenikmatan yang
lebih . Pagi itu diriku bersiap untuk sekolah. “Adik, mana kopi milik kakak?”,
Teriak kakak-ku yang bermaksud untuk bertanya. “ Di meja makan , kak!”, aku
membalas pertanyaan yang kakak berikan kepada ku. Setelah kakak dan aku bersiap
sekolah, papah (sebutan yang aku pakai untuk ayah) yang bersiap untuk berkerja,
dan…
Dan mamah(sebutan yang
aku pakai untuk ibu) yang sedang mengerjakan pekerjaan rumah. Semua bergegas
untuk turun ke maja makan. Terdapat Secangkir Kopi kopi yang menyambutku di
meja makan. “Dek, ini kopi kakak?”, seru kakak sambil bertanya. “ iya, kak!”,
seruku untuk menjawab. Perasaan yang senang untuk meminum secangkir kopi,
tiba-tiba berubah menjadi sedih karena sudah diminum kakak. Perasaan ini yang
membuatku bertanya kepada-ku sendiri di dalam hati ,” Kenapa aku tidak membuat
kopi sendiri?”. Setelah pertanyaan terbenak di otak-ku , aku segera bergegas ke
dapur untuk membuat kopi.
Lagi – lagi aku mengerti
hidup untuk sabar, kata tersebut aku pikir saat aku melihat kopi sachet habis, “Mah, Masih nggak kopi sachet di lemari?”, Dengan sabar mamahku
menjawab ,“ Tadi, kan tinggal satu, terus sama kakak-mu itu di buat kopi jadi
sekarang sudah habis deh!”. Setelah itu
aku mengurungkan niatku untuk membuat kopi , dan akhirnya dengan mobil yang
berlogo-kan hewan buas, aku , kakak , papah, pergi untuk bersekolah, dan ayah
ku bekerja. Di jalan yang bernamakan nama pahlawan Slamet Riyadi, Aku berpikir Secangkir Kopi tadi membuatku untuk
sabar.
Tak rasa, mobil
menginjakkan ban-nya ke tempat-ku untuk menuntut ilmu. Di sana-lah aku bertemu
teman-teman baru-ku, kenapa begitu karena baru tahun kemarin, aku masuk ke
sekolah ini. Di sini adalah sekolah yang mengajarkan Kebajikan / kebaikan
sikap. Di sinilah aku juga bertemu dengan guru-guru ku. Secangkir kopi yang aku
minim pagi tadi berasa pahit tetapi enak untuk di-minum. Disitulah aku dapat
berpikir, banyak guru – guru yang mengajar dengan keras, tetapi karna itulah
nasihat yang di berikan dari guru akan membuat kita lebih baik, dan tenang
dalam hidup ini. Tet…Tet…
Tet… bel berdering
seakan memanggil siswa untuk istirahat. Aku dan teman-teman pergi ke kantin, di
sinilah aku juga belajar bersabar untuk mengantri untuk membayar makanan yang
aku beli. Terkadang aku dan teman-teman ku sering menghabiskan waktu istirahat
di kantin yang tidak cukup besar ini. “Mir, kamu mau beli apa?”, seru teman ku
yang bertanya kepadaku. “Pedes-pedes(sejenis makanan yang berasa pedas)”,
seru-ku menjawab pertanyaan temanku tadi.
Terkadang juga aku suka
meneraktir (bahasa yang biasa di gunakan untuk membelikan teman makanan / dll)
teman-ku ,saat dompet yang berwarna coklat milik-ku ini sedang tersisa uang!.
Jam yang berbentuk
lingkaran yang terdapat di tembok kantin itu menunjukkan jam masuk kelas, aku
langsung menuju kelas – ku. Di depan kelas-ku ternyata guru yang mengajar
bahasa Indonesia tinggal selangkah Ia akan masuk ke kelas, karena itu aku
cepat-cepat masuk agar tidak terlambat. Ternyata ada….
Ternyata ada murid baru
yang akan masuk ke kelas-ku. Semua duduk di atas kursi dan bersiap mendengarkan
biodata dari murid baru tersebut. Ia menjelaskan bahwa Ia berasal dari
padang(di kota asal di mana tempat lahir ayahku). Ternyata pak guru menyuruh
murid baru itu untuk duduk di sebelah-ku. Aku pun menanyai lebih rinci
tentangnya. Ternyata dia juga suka Kopi,
karena di padang juga banyak kopi yang langsung dari petani kopi-nya, di
menjelaskan kepada-ku bahwa hampir setiap keluarga besarnya suka minum kopi.
Hari mulai berganti
sore, dan matahari sudah berada di ufuk barat ,dan akhirnya kelas selesai dan
semua bergegas mengambil sepatu di rak yang berjumlah 30 kotak, karena sesuai
dengan jumlah murid di kelas-ku.
Aku
memakai sepatu-ku yang berwarna putih-hitam , tak lama kemudian mobil yang aku
naiki tadi pagi datang untuk menjemputku, aku memandangi kaca mobil dari jauh,
“Kok kayaknya banyak orang ya di mobil?”, batinku bertanya. Setelah aku
melangkah satu demi satu kaki , aku melihat ternyata di dalam mobil ada tante,
nenek, mamah,ua’(sebutan yang aku berikan sebagai pengganti paman), papah.
Ternyata mereka baru datang dari kota yang terkenal jam gadang-nya, mereka
datang bersama keluarga besar-ku dari kota yang mempunyai mascot Monas. Setelah
itu…
Setelah
itu mobil beranjak pulang ke rumah. Dirumah ternyata lebih banyak orang lagi
karena hampir semua keluarga besar-ku itu datang. Salah satu ua’-ku,”Mir, masih
punya kopi, u’mau bikin kopi”, ua’ bertanya kepadaku. “Masih ada , di gudang!”,
seru-ku menjawab pertanyaan dari ua’. Kopi kembali mem-flash back(mengingatkan ku ) akan kakek-ku yang baru dua minggu
yang lalu di panggil oleh yang maha kuasa, karena kakek-ku suka kopi, yang
ke-dua mengingatkan-ku tentang kepun kopi milik kakek-ku di lampung(salah satu
daerah di Sumatra)
Dan
dari itu aku berpikir , ternyata suatu barang dapat mengingatkan kembali tentang
masa lalu. Tak terasa langit mulai bertambah petang , jam kotak yang ada di
atas Tv( televisi) ternyata sudah menunjukkan jam 7 malam, aku lupa bahwa ada
pr(pekerjaan rumah). Tetapi masalah itu teratasi karena tugas sudah ku catatkan
di smart phone ku , “Beres ,deh!!! Pr ku!”, seruku saat sudah selesai
mengerjakan pr(pekerjaan rumah). Terus….
Terus
aku melihat jam lagi , tetapi kali ini aku melihat jam di meja makan ,karena
akuhabis ambil makanan. Ternyata jam yang berbentuk piece(damai) ternyata sudah
menunjukkan waktu 11 malam. Aku memutuskan untuk mengahiri kegiatan dan tidur
di pulau kapuk(kasur).
Besok
pagi-nya aku dan teman-teman bekerja kelompok untuk mengerjakan tugas di
stadion yang pernah di gunakan pertandingan antara Persis Solo(club sepak bola
Solo) dan Persija Jakarta(club sepak bola Jakarta) yaitu stadion Manahan solo.
Aku mengerjakan tugas setahap – demi setahap. A few moment(setelah beberapa waktu) dengan pertimbangan yang sangat
lama dan rumit , kami memutuskan untuk mencari kedai yang menjual beberapa
makanan, karena…
Karena
kita “laper bangeet!”, semua berbicara di dalam hati masing-masing, termasuk
hati-ku sendiri. Kami bergegas untuk pergi kesana. Aku dan kawan-kawan ku
memilih kedai yang ada di pinggir jalan dan dekat dengan distro(sebutan took
baju remaja). Semua memilih makanan masing-masing tetapi saat di Tanya soal
minuman semua menjawab “Kopi”, Semua menyeru dengan keras . Tidak lama
kemudian pesanan kita datang. Perut yang
awalnya cemberut karena belum makan dengan cepat perut menjadi tersenyum karena
sudah memakan makanan. Tak lupa sebagai orang yang menuruti syariat Islam
,sebelum makan kita membaca basmalah dan pakai tangan dulu ya, Fren!!!’ karena
juga menurut riset penelitian di Amerika makan dengan tangan akan membunuh
kuman yang ada di makanan yang kita makan.Terus habis itu kita….
Terus pelayan yang rapi
dan memakai baju warna coklat membawakan kopi pesanan kami,” Ini kopi nya
silahkan dinikmati!”, seru pelayan. Dengan kopi datang kita lebih
meng-expore(mengembangkan) pikiran kita. Dilain itu membuat kita lebih mudah,
lebih tenang dalam berpikir. Dari
Secangkir kopi tersebut kita mengerjakan tugas dengan enjoy(santai).
Tak
terasa diskusi yang kita lakukan , di tutup dengan selesainya tugas tersebut,
“Alhamdu lillah”, Semua berseru setelah selesai mengerjakan tugas. Setelah itu
dengan HP(handphone) semua meminta orang tuanya sendiri-sendiri untuk
menjemput, termasuk aku!. Tidak lama
papah menjemput-ku untuk pulang kembali ke rumah .
Dirumah
kita bersiap untuk mengantar keluarga besarku pulang, setelah semua selesai packing (mengemas) barang kami langsung
meluncur ke bandara yang ada di Solo atau tepatnya di Boyolali , Di jalan kami
bertanya no. telephone. Setelah sampai di bandara…
Setelah
sampai di bandara “Adi Soemarmo” keluargaku masih menunggu pesawat yang berlogo
burung paling terkenal di Indonesia, karena pesawat yang akan mereka naiki di Delay(ditunda) karena alasan cuaca
dengan itu diberi free (gratisan)
makan di salah satu lounge( tempat makan yang biasa dikelola oleh perusahaan
terkenal dan yang berlokasi di bandara) milik pesawat yang akan mereka naiki.
Disana aku mengambil desert(makanan
penutup), papah ku memesan kopi hangat karena sedang tidak enak badan. Tetapi
kakak-ku meminta kepada waiter(pelayan), untuk mengambilkan kopi. “Maaf kak ,kopinya
habis, sedang dibuat!” pelayan men jawab .” Oh, ya udah mbak nggak usah aja”,
seru kakak-ku menambahi-nya. Terpaksa Hanya secangkir kopi , papah dan,
kakak-ku meminum bersama. Aku berpikir lagi ternyata Secangkir Kopi dapat
menimbulkan kebersamaan .
Akhirnya , setelah
menunggu beberapa waktu pesawat yang akan dinaiki oleh keluarga-ku datang dan
akan mendarat. Aku dan keluarga besar-ku bersalaman untuk perpisahan . Akhirnya
kemua sudah masuk ke dalam pesawat , pesawat yang berlogo burung Garuda
akhirnya lepas landas dari Bandara Adi Soemarmo.
Yang
terakhir , cerpen “Secangkir kopi” di atas yang hanya dari secangkir kopi dapat
membuat kesabaran, ketenangan , kebersamaan, keharmonisan, Cerita di atas
merupakan cerita fiksi yang saya buat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar