Senin, 27 Agustus 2012

Kendaraan Terbang yang Mirip di "Star Wars"

 LiveScience.com

Kendaraan mengambang ini mungkin tidak akan melesat melewati hutan lebat dengan mudah seperti motor-motor di film "Return of the Jedi" Star Wars, namun kendali intuitifnya memungkinkan orang untuk menerbangkannya tanpa pelatihan pilot.



Kendaraan udara ini menyerupai motor terbang di film-film fiksi ilmiah dengan dua rotor sebagai pengganti roda. Rancangan awal motor ini sempat diabaikan pada 1960an karena masalah stabilitas saat miring. Namun Aerofex, perusahaan yang berbasis di California, memperbaiki masalah keseimbangan di motor terbang ini dengan membangun sistem mekanik yang dikendalikan di dekat lutut. Kendaraan ini pun bisa mengantisipasi gerakan miring pilot dan mengendalikan keseimbangan dengan cara yang lebih alami.
"Bayangkan saja seperti menurunkan batas terbang, sampai ke area ATV (kendaraan lintas medan)," kata Mark De Roche, insinyur ruang angkasa dan pendiri Aerofex.
Kendali intuitif seperti itu memungkinkan dokter untuk mengunjungi pasien-pasien di daerah terpencil tanpa jalan atau petugas daerah perbatasan menjalankan tugasnya tanpa melalui pelatihan pilot. Semuanya bisa terjadi tanpa kebutuhan listrik, kecerdasan buatan, atau perangkat lunak penerbangan.
"Pada dasarnya alat ini menangkap dua dari tiga axis (bergerak maju, berguling, dan miring) dan mengaktifkan kendali aerodinamis untuk menyeimbangkan berbagai gerakan ini," kata De Roche pada InnovationNewsDaily. "Karena gerakan pilot dalam menyeimbangkan pesawat ini menggunakan naluriah dan kontan, kendali ini jadi sangat mudah."

Tetapi Aerofex tidak berencana untuk segera mengembangkan dan menjual kendaraan ini. Perusahaan ruang angkasa ini menjadikan motor terbang ini sebagai platform untuk menguji pesawat penyerang tanpa awak -- kendaraan ini bisa digunakan untuk mengerjakan lahan pertanian atau mengantar obat-obatan buat tim SAR di kawasan yang sulit dijangkau.
Bahkan tentara atau satuan khusus bisa menggunakan robot semacam ini untuk membawa atau mengantar suplai berat di antara gedung-gedung tinggi yang sempit. Angkatan Laut AS sudah mulai menggunakan robot helikopter untuk mengantar suplai di Afghanistan.
Robot terbang ini mungkin tidak akan terbang seefisien helikopter karena rotor baling-balingnya yang lebih pendek, namun dengan ukuran tersebut, rotor ini bisa lebih aman berada dekat dengan manusia.
"Robot ini mampu terbang di antara pohon, dekat dengan tembok, dan di bawah jembatan."
Aerofex tengah membatasi pengujian terbang dengan manusia hanya sampai ketinggian 15 kaki atau 4,5 meter dan kecepatan 48 km per jam, lebih atas dasar kehati-hatian daripada batasan teknologi. Versi tua kendaraan ini bisa bergerak secepat helikopter, kata De Roche.
Uji terbang di Gurun Mojave California adalah dasar dari presentasi ilmiah soal pencapaian Aerofex di Konferensi Future Vertical Lift pada Januari 2012 lalu. Aerofex berencana menerbangkan versi kedua kendaraan ini pada Oktober, serta versi robotnya pada akhir 2013.

Sabtu, 04 Agustus 2012

Manfaat wortel

Ghiboo.com - Salah satu menjaga kebugaran otak ternyata tak hanya dengan senam otak atau permainan yang merangsang kinerja otak. Namun, nutrisi juga diperlukan.
Temuan terbaru menunjukkan bahwa wortel memberikan kebaikan agar otak tetap awet muda. Peneliti dari University of Illinois menunjukkan rutin mengonsumsi wortel membantu menunda penuaan kognitif, seperti berpikir, mengingat dan logika.
Senyawa luteolin menjadi pahlawannya. Senyawa yang juga banyak terkandung dalam minyak zaitun, paprika, seledri, peppermint, rosemary dan chamomile ini mengurangi peradangan otak yang menjadi faktor penyebab masalah memori yang berkaitan dengan bertambahnya usia.
"Sebelumnya kami menemukan, selama masa penuaan, sel-sel mikroglial mengalami penurunan dan mulai memproduksi inflamasi sitokon secara berlebihan. Hal ini berkontribusi pada penuaan kognitif dan menjadi penyebab pengembangan penyakit neurodegenerative (menurunnya fungsi sel saraf)," Rodney Johnson.
Hasil ini sudah diujikan menggunakan tikus. Pada tikus dewasa, asupan luteolin terbukti memberikan berkontribusi pada masalah memori.
"Ketika kami memberikan luteolin pada tikus, zat ini mengurangi peradangan di otak secara signifikan. Pada saat yang sama, memori juga bekerja menjadi lebih baik. Bahkan, kualitas memori otak tikus tua sama dengan tikus muda," jelas peneliti Rodney Johnson dilansir melalui Healthdaynews (2/8).

Pelangi api

 LiveScience.com

"Pelangi api" atau "fire rainbow" bukanlah api ataupun pelangi, tapi pemandangan ini sangat mengagumkan.

Secara teknis, penampakan ini disebut awan pelangi, fenomena yang sangat jarang dan disebabkan oleh awan serta tetesan air yang ukurannya relatif sama, menurut sebuah pernyataan dari NASA. Awan ini kemudian mengubah arah dan membengkokkan cahaya dengan cara serupa sehingga hasilnya adalah gelombang cahaya dan warna.



Awan ini kemudian menjadi mirip dengan pelangi sebenarnya, yang juga terbentuk oleh difraksi atau pengubahan arah cahaya, dan menghasilkan pola warna yang berganti-ganti dari biru, hijau, merah, ungu, dan kembali ke biru lagi.

Fenomena ini tertangkap dalam foto spektakuler pada Selasa (31 Juli) di awan-awan di atas Florida Selatan.

Meski awan pelangi memiliki warna seperti pelangi, cara penyebaran cahaya untuk menghasilkan fenomena tersebut berbeda. Pelangi terbentuk oleh refraksi dan bayangan. Saat cahaya terefraksi, ia dibengkokkan melalui sebuah medium dengan ketebalan berbeda, seperti air atau prisma. Bayangan cahaya meninggalkan permukaan dengan sudut yang sama seperti saat ia jatuh. Difraksi menyebabkan gelombang cahaya tersebar dengan pola seperti cincin.

Sama seperti objek pelangi lainnya, seperti bulu burung merak, warna-warna berubah tergantung pada posisinya terhadap matahari dan objek lain.

Fenomena seperti ini biasanya terjadi di awan yang baru terbentuk, dan inilah terjadi di Florida Selatan. Menurut Weather Channel, ada awan-awan pileus yang terbentuk dengan cepat karena badai halilintar mendorong udara ke atmosfer atas melalui lapisan lembap. Hal ini menyebabkan awan seperti asap yang membentuk kubah di atas badai.

Awan pelangi bukanlah circumhorizontal arc, fenomena optik yang terjadi akibat kristal es sehingga membentuk garis-garis warna paralel dengan cakrawala.